Dipublikasikan pertama kali pada 10 Juni 2020
Perempuan itu datang, menghampiri, sembari duduk manis dan mulai meminum teh manis.
Tanyaku "Mengapa datang kemari?"
Jawabnya "Ada yang ingin ku suguhkan"
Kataku "Apa? Luka baru untuk kuseduh kala kau tak lagi disini?"
Jawabnya "Mengapa kau begitu?"
Jawabku "Jangan tanya mengapa, lantas tanyalah pada dirimu sendiri, mengapa berjalan kemari dan duduk manis disini, ketika hati dan jiwamu sedang berlari-lari.".
Perempuan itu terdiam, ia kebingungan dengan tingkahku sepertinya. Dia pun mulai bergelut dengan pikirannya "Mengapa dia mengatakan semua itu? Namun aku juga tidak bisa membantah dengan terlalu. Jauh dalam diriku, aku merasa ada yang benar dengan ucapannya, namun juga tidak sepenuhnya begitu. Mungkin benar hati dan jiwaku tidak sepenuhnya diam, namun disisi lain akupun sungguh ingin disisihnya. Menemani kesehariannya, namun mungkin pula ketika dia mengatakan hal itu dia telah jauh melihat kedepan dengan ratapan penuh kekecewaan akan diriku. Namun tetap saja! Aku ingin membuktikan bahwa diriku tidak seperti fikirnya!!".
Setelah menyeruput teh manisnya, perempuan itu pun akhirnya memberanikan diri lagi
"Hey" Celetuknya
Sahutku "Apa?"
"Boleh aku membuktikan diriku?" Ucapnya
Celotehku "Jika kau ingin berjuang dan memperjuangkan, maka jangan bertanya, lakukanlah. Dan banyak hal yang perlu kutegaskan, mungkin aku akan sangat gagal dalam menghargai, sangat gagal dalam menanggapi, sangat gagal dalam memperjuangkan, lagi dan lagi. Sebab aku, benar-benar sudah muak berjuang sendiri. Untuk itu, lakukan yang ingin kau lakukan. Dan jika kau tidak tahan melihat ketidakberdayaan diriku yang tak sanggup untuk ikut memperjuangkan. Maka sisanya terserah padamu.".
Dia pun terdiam kembali, dia benar-benar kubuat buntu lagi, sepertinya.
Celetuk ku "Lihat bukan? Kau saja tidak sanggup menanggapi, sebab begitu banyak keraguan dalam dirimu, begitu banyak perhitungan dalam dirimu. Kau bahkan tak sanggup menahan akibat apa nantinya jika kau benar-benar melakukan apa yang ingin kau lakukan sekarang. Tapi tenang, aku yakin ingatanku cukup tajam. Kamu bukan perempuan pertama yang bersikap begitu lalu menjadi begini. Kebanyakan orang selalu berjuang dengan awal masa dan tidak dengan segenap masa.".
Perempuan itu terlihat cukup sayu akhirnya, dia benar-benar termakan ketidakberdayaan sepertinya. Aku tau itu terdengar cukup kejam, namun jika aku tidak tegas seperti ini, maka aku sendiri yang akan menanggung kepedihan. Aku tidak ingin merasakan itu lagi, kurasa sudah cukup untuk merasakan yang seperti itu. Aku pun tidak ingin jatuh dalam kekelaman dan merangkak naik sendirian lagi. Kurasa dia pun akan faham bahwa itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, apalagi aku tahu dengan benar bahwa di era sekarang orang-orang banyak yang tidak menunjukkan kesungguhan, terlalu banyak yang hanya bermodalkan perkataan-perkataan. Bukannya aku tidak bisa lagi mempercayai dan membuka hati, tapi aku juga punya hati, yang tak ingin kuajak bergelut dengan hal pahit lagi. Namun jika aku dianggap tidak bisa membuka hati dan tidak percaya, maka tak mengapa. Mungkin memang lebih baik kubiarkan diriku dianggap begitu.
Namun tiba-tiba dia membuka mulutnya kembali
"Tidak! Tidak! Bukan begitu! Mungkin memang ada keraguan dalam diriku, ya! Mungkin saja!. Tapi ketauhilah! Aku benar-benar akan berusaha! Jadi jangan mengatakan hal yang seperti itu! Sesak rasanya mendengar mu berkata begitu! Itu terdengar seperti jeritan dirimu yang telah tersiksa dan merangkak dari dasar neraka! Jadi tolong jangan begitu! Mungkin aku tahu, mungkin aku akan gagal dalam bertahan untuk memperjuangkan, tapi setidaknya izinkan aku untuk mencobanya!"
Kini giliranku yang terdiam setelah mendengar ucapannya yang begitu tegas dan menusuk pertahananku. Ah sial, aku benar-benar dibuatnya buntu. Kulihat dia kini menatapku dengan seru, seolah menunggu jawabanku.
Updated in 29 June 2020
[Dia Kembali] - Lanjutan
Setelah beberapa saat aku terdiam, mulutku pun kembali berbicara.
"Habiskan tehmu, lalu pulanglah, hari semakin sore dan akan semakin gelap"
Diapun hanya menatapku sembari mengeluh dengan nafas besarnya, lalu ia mulai menghabiskan tehnya dan bersiap-siap untuk pulang.
Sesudahnya, iapun berpamitan sembari terlihat menunggu apakah aku akan menawarinya untuk mengantarkan ia pulang atau tidak. Tapi, aku tetap diam, bungkam, dan duduk di teras rumah tanpa mengantarkan ia pulang. Terlihat ia semakin kesal sepertinya, karena ia sesekali menahan udara terkurung di mulutnya sehingga pipinya terlihat mengembang. Biarlah, aku akan tetap diam untuk saat ini, aku tidak ingin gegabah lagi. Tak butuh waktu lama, akhirnya diapun berjalan pulang, mungkin di perjalannya dia akan menggerutu habis-habisan karena kesal dengan sikap ku. Hahaha, tak mengapa biar saja.
[Lanjut? Follow blog, komen pendapat kalian, dan jangan lupa share yaa 💚]
Anw gambar diatas dibuat oleh rekan akuh. Kalian bisa pesen gambar ke dia, sesuai yang kalian pengen.
"Berapaan kak?". Langsung dm designer nya yaaa di @onyx1601
Dijamin hasil karyanya mantuls dah, topp!! 👐
Spesial thanks to brillian yang udah bikinin ilustrasi sesuai pesenan hihi, sankyuu!! Mangats buat berkarya terus gaisss 🤭
Rizaru No Obafuro
RNO27122018
0 Komentar