Updated in 29 June 2020
眼鏡 - MEGANE!
Pagi hari setelah percakapan panjang kemarin, kepalaku serasa penuh dengan jerami. Seolah begitu banyak pertanyaan yang menagih jawaban padaku sedang aku sendiri kebingungan dengan kebenarannya. Ah sial! Pagi pagi begini aku sudah disibukkan dengan benang yang terlilit tidak karuan. Akhirnya secara otomatis kedua tanganku bergerak kearah pipi dan terdengar suara 'plaksss' dan tiba-tiba kepalaku terasa ringan, seolah benang itu sudah kembali bisa digunakan. Lega sementara sepertinya yang kurasakan saat ini.
Hm baiklah, sebaiknya aku menenangkan diri lagi dengan musik sembari bernyanyi ria, haha mantap kali gasskeenn.
Baru aku mendengarkan 2 lagu, tiba-tiba terdengar suara seseorang mengucap salam sembari mengetuk pintu rumah. Gerutuku "Astaga, siapa sih pagi-pagi begini datang berkunjung, tidak punya kerjaan atau bagaimana? Cih!". Tak lama, terdengar ibu ku membukakan pintu dan terdengar sedikit mengobrol, lali ibu mempersilahkannya masuk dan duduk seolah kenal dengan tamu itu. Setelahnya ibu menghampiri kamarku dan berkata " Dek, ada tamu tuh, nyariin kamu katanya", "Siapa bu?" Tanyaku, jawab ibu "Sudah sana".
Mendengar ibu berkata begitu, perasaanku berkata bahwa itu adalah dia, akhirnya akupun berjalan menemui si tamu dan ya, benar saja, itu benar-benar dia!. Tiba-tiba mulutku nyeletuk "Loh kamu? Kenapa pagi-pagi begini datang kemari?". Batinku "Ah sialan, kenapa celetukku tanpa aba-aba, busetdah!". Lalu ia pun dengan sigap menjawab sembari nyengir "Hehe, iya gapapa mau main aja, gaboleh?". Ketusku "NGGAK, SANA PULANG", "Ish jahatnya, gaboleh gitu tau sama tamu", sahutnya.
Akupun akhirnya menemaninya duduk sembari menggenggam handphoneku dan dia terlihat begitu puas dengan keadaan ini, nampak dari senyumnya yang begitu bahagia. Sedang aku yang kian menggerutu sembari memainkan gadget sesekali. " Pulang sana", gerutuku. Jawabnya "ketus kali ih, ku aduin ke ibuk loh". "Yauda sana bilangin, tinggal teriak aja kan", sahutku. Diapun terdiam namun tak ubahnya ia tetap tersenyum puas. "Sialan, mau apa sih kesini", batinku. Diapun berbicara "Lagi mbatin yaaa?" Sembari menahan tawa dia berbicara begitu, sahutku "Kamu benar-benar minta ku pukul?". " Hehhh, apasih kok pukul pukul gitu", sahut ibu dari belakang sembari berjalan membawakan minuman dan cemilan. "Eh engga buk, bercanda aja inii", jawabku. Lalu setelah menaruh minuman dan cemilan ibu pun mempersilahkan dan meninggalkan kami berdua "Diminum ya nak, dinikmati jajannya, ibu tinggal dulu ya dek". Sahutnya " Eh iya bu, makasih bu, maaf loh ngerepotin, hehe". Ibupun tersenyum dan beranjak ke kamarnya.
Setelah ibu masuk kamar, keadaan kian canggung untukku dan dia tetap menjaga senyum sembari menikmati suguhan dari ibu. Lalu mulutku tiba-tiba bergumam "Kukira ini hanya tentang waktu, dimana hati yang rapuh berhasil melangkah lebih jauh lagi dari batasan yang berusaha hancurkan hati. Dan waktu hingga kerapuhan itu siap menggerogoti sisi lain, dan buat diri bungkam lebih lama lagi". "Ehhh ngomong apa barusan?" Sahutnya, jawabku "Orang gada yang ngomong padahal". "Ih masaaaa, orang aku denger suara loh barusan" Jawabnya sembari sedikit cemberut. "Hayoloh, siapa yang ngomong, tiatii lohh, disini horor, kek kau dulu hahaha" Jawabku. "Loh kok aku horor? Horor gimana emang?" Jawabnya. "Ya mau ga horor gimana coba, ngilang tiba-tiba, pun tiba-tiba muncul lagi" Hahahaha, jawabku. Diapun terdiam sembari menunjukkan ekspresi yang penuh penyesalan.
Updated in 11 July 2020
[Pagi Yang Cerah] - Lanjutan
Tak lama diapun berbicara, namun kali ini senyumnya tidak ada. "Hei, kau tau? Aku benar-benar minta maaf atas tindakanku waktu itu, tapi ketahuilah bahwa aku, waktu itu tidak bermaksud begitu. Kau tau? Waktu itu aku berfikir bahwa kau akan semakin butuh waktu untuk merehatkan dirimu, aku berusaha memahamimu dengan cara yang begitu, sehingga kamupun lebih banyak waktu untuk beristirahat. Tapi ternyata aku dan kamu tidak sefaham, untuk itu aku benar-benar meminta maaf. Perihal kamu yang selalu mencari dan menghubungi ku namun aku tidak membalasnya langsung, aku benar-benar minta maaf untuk itu. Waktu itu yang kufikirkan adalah dirimu yang harus lebih banyak istirahat, dan tidak melulu bergumam bersama handphone mu. Jikalaupun kamu berfikir aku tengah menghianatimu kala itu, maka tidak apa, itu adalah hal yang sangat wajar, sebab akupun tanpa kabar. Tak mengapa jika kamu kini begitu menjaga diri, tak langsung mempercayai, itu adalah hal yang tepat fikirku. Namun ketahuilah, bahwa aku benar-benar tidak begitu, yang kufikirkan waktu itu hanyalah dirimu, tidak ada yang lain. Aku tidak membalas pesanmu, pun tidak mengangkat telfon darimu, dan tidak memberimu kabar, bukan karena aku tak mau, bukan pula ada yang baru. Aku lebih mementingkan waktu istirahatmu, waktu dimana kamu bisa lebih memperhatikan dirimu, sehingga kamupun bisa mmiliki waktu yang lebih berkualitas dengan dirimu sendiri. Hanya itu yang kufikirkan waktu itu."
Dia mengatakan semua itu dengan ekspresi yang membuatku amburadul, muka yang waktu itu begitu kujaga raut wajahnya agar tidak cemberut dengan kesedihan dan luka, kini begitu tegas menunjukkan ia tengah bersedih bersama derita dan sesak di dada. Ah sial, aku tidak mau terbawa lebih meskipun aku bisa membantahnya dengan menunjukkan bagaimana dia waktu itu. "Baik, sudah cukup membahas hal itu." Jawabku setelah melihatnya seperti itu, dan berusaha menenangkannya kembali. "Hari ini tidak ada kuliah?" Tanyaku, "Liburan gini mana ada kelas yang masih aktif?" Jawabnya, "Ye mana kutau, mangkanya nanya tadi." Ketusku, "Ye orang dianya sendiri nyantai dirumah gini masi ae" Jawabnya sembari menahan tawanya. Dan setelahnya, kini senyumnya kembali memekar, dan dia kembali menjaga senyumnya. Tak lama mulutku asal menyeletuk "Kau mau disini sampai kapan? Aku mau keluar", " Kau mau kemana? Aku ikut kalau kau keluar" Jawabnya. "Cih, pulang saja sana ngapain ngikut aku kau" Ketusku, "Gamau dirumah, bosen, mangkanya main kesini biar ga bosen sama anu, tehee." Pungkasnya "Tehee palakau, anu apaan pula, sana pulang busetdah aku mau main ini." Jawabku. "GAMAU AKU MAU IKUT AJA POKOKNYA" Jawabnya dengan tegas sembari sedikit cemberut. Dia bersikukuh ingin ikut dan aku yang entah mengapa gamau bikin anak orang cemberut sedih akhirnya pun memperbolehkannya ikut. Akupun bersiap-siap untuk keluar, setelahnya tak lupa aku berpamitan ke ibu dan dia pun ikut di belakangku dari berpamitan hingga akhirnya duduk di boncengan motorku.
"Buk, ibukkk, aku mau main." Teriakku di depan pintu kamar ibu, tak lama ibu pun menjawab "Iya, bentar" Ibu pun keluar, dan akupun langsung salim ke ibu dan menuju ke motorku dan menyalakannya. "Kamu juga ikut nduk?" Tanya ibu padanya, "Hehe, iya bu, dari pada pulang terus ngga ngapa2in dirumah" Jawabnya sembari salim ke ibuk lalu naik ke boncengan, dan otomatis ibuk memberiku wejangan "Jangan ngebut ya le, dijaga ya itu anak orang" Ketusku "Iye mak iyee, doain aja dah, aman kok aman kalo mak dah doain", " Yaudin, aku berangkat ye mak. Assalamu'alaikum". "Pamit dulu ya bu, assalamu'alaikum." Sahutnya, jawab ibu "Iya, hati hati di jalan ya". " Nggeh buk" Tutupku lalu beranjak pergi.
Di sepanjang perjalanan, kami tidak saling berbicara, entah hanya aku yang tidak tahu harus berbicara apa atau dia pun berfikir sama. Seketika diperjalanan itu aku mengingat betapa kisruhnya diriku dulu ketika dia tanpa kabar dan mulai hilang.
"Dulu, Seringkali, kulihati kau berlari, namun sial, aku yang berusaha mengejar mu sebab aku begitu mendambamu, semakin tak dapat menggapaimu, kau terus saja berlari, menjauh dan semakin menjauh, hingga kau seolah tak tergapai lagi oleh diri. Kumohon, kembalilah!"
Sebegitunya dulu aku memohon pada sang batin, agar dia kembali. Namun sekarang dia duduk di jok belakang dengan tenang. Hmm, fikiranku mulai campur aduk. Ahh sial kali aku, tak bercakap-cakap pula aku, dia mikir apa da kalo aku diem gini. Dahlah biar aja lah bentar lagi juga sampe.
Tidak lama terdengar dia ngomong "Loh ke tempat ini?". Jawabku "Iye, mang ngapa?". "Ini kan tempat kita dulu? Kamu masih sering kesini ya ternyata" Sahutnya. "Diem dah" Ketusku. Ku tengok dia senyam senyum, pengen kujitak aja palanya dah asli. "Ngapa laww nyengar nyengir gitu" Sahutku. "Eheee gapapa, emang gaboleh senyum-senyum kaya gini? Kan gamasalah, week" Jawabnya. "Ye emang gapapa, tp orang yang lihat noh geli-geli ngeri, gada angin gada ujan kok senyum-senyum sendiri mbak, fikire" Tandasku.
Setelah sampai, aku pun memarkir sepeda dan dia manja bener dah, ada aja kelakuannya, pake gamau turun lagi kalo helmnya ga di copotin. Pengen nyentil jidatnya asli! Belaga manja "Copotiiiinn, ihhh copotiinnn", aku yang denger gituan langsung ngeliatin sambil nahan jari buat ngga nyentil jidatnya. Aku bodoamatin aja dah, "Doamat, lepas sendiri sana, kalo ga kutinggalin nih". "Eh iyaiya, jangan ihhh, jahat bener daahh". "Diem, jan ngomel jahat-jahat segala". "Iye iye mon mangap, eh salah mon maap". Aku yang denger dan liat kelakuannya cuma bisa nahan jari jemariku biar ga jitak dan nyentil jidatnya aja. Akhirnya akupun berjalan keluar dari area parkir dan mencari tempat duduk, tapii ga lama ku lihat dia lari duluan karena ngelihat tempat favoritnya dulu kosong. Alhasil kami duduk disana dan ditambah tempatnya tidak seramai dulu. Terlintas dipikiran ku untuk mulai mengintrogasinya, tapi tetap urusan perut harus didahulukan. Oleh karena itu akhirnya kamipun memesan makanan dan minuman, sembari menunggu pesanan, aku terus menerus berfikir apakah aku akan mulai mempertanyakan semuanya, atau bagaimana. Aku benar-benar bingung. Karena tidak enak juga rasanya mengungkit yang sudah berlalu, mencari kejelasan, mendapatkan jawaban yang belum didapatkan. Ah sial. Tak lama setelah aku berkutat dengan fikiranku, pesanan kamipun datang, alhasil kami mengisi perut terlebih dahulu. Baru aku mau makan, dia sudah menyodorkan sendok, lengkap dengan makanan kesukaannya pada mulutku dan berkata "Aaakkkk", aku yang udah ga kaget cuma ngeliatin dia dengan dingin. Melihat ku yang begitu dia langsung "Aaak kokk!!". "Hapasi, orang aku bisa makan sendiri lohh". "Buru ihhh, Aaakkk". "Astaghfirullah, maksa bener siii". "Aaaakkkkk". Ngeliat dia ngotot gini akupun ga berdaya dan berkata "Iya-iya nih, aaakk". "Heum, nahh gitu dong dari tadi". "Brisik badut diem". "Aaakk". "Lagi? Gamauuu. Nih makananku siapa yang makan nanti buset". "Aaakk, terakhir". Ni anak ya rabb, pengen kusentil jidatnyaa, tapi tetep aku ga berdaya dan akhirnya " Aaak, udah dah makan sendiri sana". "Hehe, iyaiya". Wajah puasnya terlihat kembali, senyumnya benar-benar memperlihatkan hal itu. Dan aku dibuatnya benar-benar menahan diri dan jemari. Akhirnya kamipun lanjut makan, disela-sela itu fikiran ku kembali berkutat, apakah aku akan menanyainya atau tidak. Hingga akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa aku akan menanyainya setelah kami makan. Aahh sialan, baiklah! Aku akan menanyainya setelah ini, meskipun nanti suasananya akan jadi semakin canggung dari yang tadi, tidak apa, akan lebih baik juga untukku ketika aku mendapati kepastian akan sesuatu yang telah mengganjal batinku sejak saat itu.
Akhirnya kamipun selesai makan, dan aku terus menatapnya, sembari mencari timing yang pas untuk menanyainya. Namun dia bertanya "Kenapa? Kok gitu mukanya". Jawabku "Kelihatan banget ya?". "Ya orang mukanya sampe segitunya loh, ya mana ada ngga keliatan ihh. Ada apasiih?" Timpalnya. "Hm" Gerutuku. Dia melihatku seperti tau bahwa aku tengah memikirkan sesuatu dengan sangat. Lalu dia berkata "Mikirin apa si? Sini cerita ih jangan gitu mukanya, jelek tau". "Eh, anu. Iyaiya njir dikata jelek loh, tapi emang jelek sih aku hahaha" Sahutku. "Jan ketawa sini ceritaa" Sahutnya. "Nee, ada yang mau aku tanyain se sebenernya". Jawabku. "Tanya ajaa, mau tanya apa kamu?" Timpalnya. Lidah ku tiba-tiba terasa kaku, tak kuasa aku melontarkan pertanyaan padanya, tapi dia terus menatapku dan menungguku untuk bertanya. Aku yang melihat dia begitu, tanganku tiba-tiba bergerak ke arah mukanya untuk menutup mukanya sembari berkata "Serius amat mukanya, dahlah gajadi besok aja hahaha". "Ihhh, nanya apaaaa, Jangan bikin aku penasaran, tanyanya sekarang ajaa gausa besok-besok" Sahutnya. "Penasaran yaaa? Hahahaha rasain. Dah aku mau balik" Jawabku. "Rese banget ih, gaboleh pulang dulu sini dulu, mau nanya apa kok" Timpalnya. Dia bersikukuh agar aku bertanya tapi lidahku masih kaku, seolah hari ini bukanlah hari yang tepat untuk menyinggung semua itu. Akhirnya aku hanya tersenyum tipis padanya dan berkata "Besok aja yaa, sekarang aku pengen pulang, ngantuk soalnya". Lagi lagi dia kehilangan senyumnya seolah nalurinya mengetahui bahwa aku akan menanyakan sesuatu yang bisa membuat suasana jadi canggung. Tapi tidak lama kemudian senyumnya kembali, seolah ada rasa syukur karena aku menunda bertanya padanya. Dia pun akhirnya mengangguk dan mengiyakan untuk pulang. Akhirnya kami beberes dan bersiap untuk pulang, setelahnya kamipun menuju ke area parkir motor untuk mengambil motor dan pulang.
[Gimana gimana? Seru ga? Lanjut? Follow blog, komen pendapat kalian, dan jangan lupa share yaa 💚]
Anw gambar pertama di download di https://scontent-iad3-1.cdninstagram.com/v/t51.2885-15/sh0.08/e35/s640x640/106385873_631706594357740_312821040209779868_n.jpg?_nc_ht=scontent-iad3-1.cdninstagram.com&_nc_cat=104&_nc_ohc=c4yrWfwr9yAAX-NlRPy&oh=98010033010ab54c5917570ad4c21796&oe=5F2A9AB8 dan gambar kedua di download di https://s3-ap-southeast-1.amazonaws.com/mia.doripos.com/melia/2019/05/anime-1024x506.jpg
Gambar dibawah di download di link ini
https://scontent-iad3-1.cdninstagram.com/v/t51.2885-15/sh0.08/e35/s640x640/106385873_631706594357740_312821040209779868_n.jpg?_nc_ht=scontent-iad3-1.cdninstagram.com&_nc_cat=104&_nc_ohc=c4yrWfwr9yAAX-NlRPy&oh=98010033010ab54c5917570ad4c21796&oe=5F2A9AB8
Sankyuu 👐💚
Rizaru No Obafuro
RNO27122018
0 Komentar