[Akan Kukatakan]
Juli, 2020. Rabu ini, sebenarnya aku akan mengunjungi dirinya. Tapi kurasa tidak perlu, karena batinku berkata 'diam di rumah dan tunggu sedikit lebih lama'. Setengah jam lebih aku menunggu di rumah dan benar saja ada yang mengetuk pintu rumah. Ya, dia datang lagi kerumah, si Nona Kacamata. Tidak salah juga, aku yakin dia akan menagih apa yang kutunda. Sebab, ini sudah berhari-hari setelah malam itu dan aku tak kunjung memberitahunya.
Belum juga kupersilahkan masuk, dia sudah masuk dan duduk manis. Namun ada yang berbeda, seolah dia siap bertanya dan siap menerima semuanya hari ini. Dan tiba-tiba dia bertanya
"Kenapa kau berhenti? Dan berpaling?"
"Jika itu sebuah pertanyaan, maka jawabku adalah pertanyaan juga. (Celotehku sembari menutup pintu dan duduk agak jauh). Lalu, kenapa aku harus lanjut berjuang dan tidak berpaling darimu yang benar-benar membatu dan tidak mengindahkan rasaku? Kufikir waktu kita sudah lebih dari cukup untukku mendapat tempat dihatimu, tapi akupun menyadari bahwa rasa itu sangat tidak dapat dipaksa. Meskipun aku sudah berusaha berjuang cukup lama namun tetap diantara aku dan kamu belum pernah mencapai kita, mungkin ada kata kita tapi itu hanya di fikirku saja dan tidak di fikirmu juga. Untuk itu akupun sudah mempertanyakan diriku padamu, perihal hatimu, perihal kita, apakah aku benar-benar bisa berada di sana dan menjadi pengisi setia untuk setiap rasa dan asah. Namun, sejauh yang ku ingat setelah aku bertanya begitu, jawabmu adalah tidak, tidak bisa dan aku bertanya begitu tidak satu kali bukan?"
Dia terdiam, seolah tertampar dan baru menyadari perkataannya sendiri.
"Kenapa? Kenapa diam?"
"Tidak, tidak apa-apa"
"Kamu tau? Ini bukan perihal tuhan yang tidak memberi restu, pun bukan soal semesta yang tak mau membantu. Tapi ini lebih ke pembicaraan diantara aku dan kamu yang telah lalu, apakah kamu mengingat itu? Ketika kamu bertanya 'Bisakah kamu memberiku waktu? Untukku lebih berusaha mengadakan dirimu', jawabku 'Iyaa, akan aku tunggu'. Tapi mari lihat kembali, semenjak kamu berkata begitu, Apakah ada perubahan? Apakah kamu ada mencoba sesuatu tersendiri? Mengusahakan beberapa hal untuk kata kita? Sejauh yang kuingat, tidak ada. Apakah ingatanku salah?"
Lagi, dia terdiam. Tertampar dan baru menyadari lagi untuk yang ke kedua kalinya.
Suasana semakin hening, langit merah tidak lagi ada. Ia berganti menjadi gelap yang kian gulita.
Semesta yang indah menjadi gundah. Bintang yang indah, tak berani menyapa. Manusia, berusaha dengan rasa namun tidak diterima setiap dia bertanya.
Kilauan kegelapan, menjadi sandaran yang cukup menghangatkan. Ketika perasaan tengah hancur dan berantakan.
"Jika kamu berfikir bahwa aku pergi untuk hilang dan kembali menjadi asing, maka ingatlah bahwa sejak awal jiwaku mengenali jiwamu seperti yang pernah kukatakan padamu kala itu dan aku tidak menghilang, aku hanya diam, bungkam se bungkamnya dan kamulah yang membuat ku semakin hilang. Sebab aku, menunggumu untuk menggandengku, menunggumu untuk mengusahakan rasamu, menunggumu untuk berdiri dan berjalan bersama rasaku. Tapi kamu, tidak kunjung datang, tidak kunjung menggandeng tangan dan tidak kunjung berikan kepastian."
Pembicaraan pun seolah mengusaikan semuanya dan kali ini, tidak ada ekspresi yang muncul, seolah perasaan itu tidak tersampaikan. Kali ini kata-kata tak akan cukup memberikan makna.
Dia pamit. Undur diri, bersama bintang dan segala harapan yang ku perjuangkan.
"Sampai jumpa, hati-hati di jalan" Kataku.
Dia hanya tersenyum dan memalingkan wajahnya.
Diapun berjalan pulang, sembari menyeka air matanya.
Fyi gambar diatas di download di link berikut
https://id.pinterest.com/pin/689613761672670223
0 Komentar