Header Ads Widget

Symphony Afureru 3

https://www.pinterest.com.mx/pin/674343744194859573/

眼鏡 - MEGANE!

             Ulat bulu dan dedaunan jatuh seolah memberi sambutan seperti biasanya, dengan megah namun sederhana, pohon dan bunga menyapa dengan anggunnya ia begitu mempesona bagi atma yang penuh dengan rasa lelah dalam nirwana. Tanpa kami sadari, kami memilih duduk di tepian bumantara. Tanpa kami sadari, kami menilik kembali sang asa dan rasa. Tanpa kami sadari, kami tertodong oleh nestapa yang ada dan Tanpa kami sadari, suasana diantara kami menjadi semakin niskala.

Tetiba sayup-sayup terdengar “Bagaimana kabarmu?”, aku menoleh padanya dan mantap menjawab “Tidakkah kamu lihat aku sudah baik-baik saja kali ini? Meski seharusnya kamu yang berada disana kala itu, namun dimana dirimu ketika aku benar-benar membutuhkan dirimu? Kamu tidak pernah benar-benar ada disaat yang tepat, bahkan ketika aku sudah menyerah dengan segala hal yang tengah kuperjuangkan, kuperhatikan segala sudut dilingkungan sekitarku kala itu, siapa yang paling hangat dalam memberikan dukungan, siapa yang mengembalikan kesadaranku dan siapa yang membantuku untuk kembali berdiri dengan tegap lagi? Kamu tahu siapa yang ada disana saat itu? Yang pasti itu bukanlah dirimu, dimana dirimu disaat-saat itu? Tidakkah kamu merasa ingin mengisi bagian yang sudah seharusnya kamu isi karena itu adalah keharusan mu kala itu? Oh, maaf, aku baru menyadari kalau memang aku bukanlah siapa-siapa sejak awal bagimu.”. Tanpa kusadari, ternyata aku sudah meluap, tidak lagi ada kesanggupan diri untuk menahan diri dengan sadar.

Kuperhatikan ia dengan seksama setelahnya, aku menunggu reaksinya, bagaimana responnya ketika aku tiba-tiba meluap seperti ini. “Maaf.”, ucapnya dengan sangat perlahan. Ia melanjutkan, “Bukan begitu maksudku.”, “Lalu bagaimana?”, timpalku. “Kamu sendiri tidak pernah tahu bagaimana diriku bukan saat-saat itu? Kenapa hanya kamu yang marah disini? Aku juga bisa marah terhadapmu terkait banyak hal yang selalu kupendam ketika kamu tidak ada saat-saat itu!”, jelasnya dengan tegas. “Jadi kamu sekarang menyalahkanku ketika kamu sendiri berhenti bercerita? Kamu menyalahkanku setelah kamu sendiri berhenti membalas pesan setelah aku bercerita, setelah aku bertanya dan setelah kamu mengabaikanku ketika aku mencari kabarmu? Bahkan ketika aku menelfonmu, apakah pernah sekali saja kamu memperhatikan telfon dariku, atau terbesit dalam fikiranmu untuk mengangkatnya? Tidak sama sekali bukan? Jangankan hal itu, memikirkan diriku dengan seksama saja kurasa tidak pernah, apalagi perihal kita, mana pernah kamu memikirkan hal itu. Kamu selalu sibuk dengan segala hal yang menurutmu tepat, namun ternyata membuat banyak hal tidak berjalan pada porosnya dan kamu selalu merasa semua akan kembali baik-baik saja. Karena hal itulah, kamu selalu dengan santainya, dengan semaunya pergi dan kembali sesuka hati. Tidak kah kamu memikirkan segala tindakan dan apa yang kamu pilih dalam mengambil keputusan tentang banyak hal yang ada diantara aku, kamu dan kita selama ini? Perlukah ku ingatkan tentang 5 Tahun yang lalu? Atau 3 tahun yang lalu? Atau yang baru 1 setengah tahun kemarin? Atau yang terjadi di awal tahun ini? Perlukah kuingatkan kepadamu atas apa yang telah kamu pilih di waktu waktu itu? Tidak perlu bukan? Karena dari segala yang kamu pilih kala itu, aku selalu menghargai dan memikirkan dengan baik-baik semua keputusan yang kamu ambil. Tapi, jika kali ini kamu menyalahkan dan melimpahkan segala salah pada diriku, kurasa kamu sudah benar-benar semakin lupa diri, dan itu sangat keterlaluan kamu tahu itu?”. Ia terbungkam, menatapku dengan dalam seolah memastikan apakah benar ini aku atahu bukan.

            Percakapan ini semakin tak berujung, setiap sisi atma menggema, emosi yang meraung-raung dalam diri kini mencari ujung sumbunya dan semakin siap untuk lebih menyala. Sengketa rasa, persekutuan asa, demo terjadi disetiap sudut jiwa, membakar emosi agar semakin nyala. Hati bergejolak, ia meraung dengan segala amarah, ia melintang di seluruh garis katulistiwa, ia membentang ke segala sudut sang atma. Begitu merah, begitu nyala sang amarah, namun tiba-tiba aku terbentur oleh berbagai semoga ketika melihatnya, dan aku kembali duduk dengan manis di tepian bumantara bersama dengannya, si nona.

Oke guyss, untuk sub judul [Symphony Afureru - 3] berakhir disini yaaa, untuk update selanjutnya masih bersama 眼鏡 - MEGANE! dengan bagian terakhir dari sub judul Symphony Afureru yaitu Symphony Afureru 4. 

"Terimakasih telah membaca hingga tuntas 💚"

"Jika anda berkenan, boleh dibantu share dan komen ya😊" 

FYI : Gambar di atas di download di link berikut yaw
(124) Pinterest gambar di upload oleh Unknown_Error-Choi di album Saeran/Unknwon's


Rizaru No Obafuro
RNO27122018

Posting Komentar

0 Komentar

'