Header Ads Widget

Yang kuat!


“Awal bukanlah sebuah permulaan, melainkan hukum pasti tentang sebuah akhir dari suatu awal”

Hati yang layu, tidak memiliki awal pun tidak memiliki akhir. Ia mengambang diantara macam-macam warna. Meronta, mengoyak, menghidupkan pun mematikan. Terkadang menikam, terkadang penuh kehangatan. 

Seorang laki-laki tengah berjalan di semesta yang tengah bergemuruh dengan petir dan guntur. Air hujan yang mengayomi laki-laki itu dari teriknya matahari di dalam dirinya, seolah air hujan faham bahwa laki-laki ini tengah membutuhkan pengayom yang setia. Laki-laki ini tiba-tiba meronta, menjerit dengan kehampaan yang dipenuhi angan. Hati yang layu pun akhirnya meminta berbagai hal. Begitu terseduh-seduh ia di dalamnya, sembari terus melangkah dan sesekali menggerutu, memohon suatu hal pada tuhannya untuk kali ini saja. Tak lama akhirnya air hujan pun berinisiatif, ia meminta petir dan guntur diam, sehingga kian tenanglah laki-laki itu dalam peluknya. 

Sesekali air hujan bertanya padanya, “Hey, kau kenapa ? Apa kau baik-baik saja?”. Laki-laki ini tidak dapat mendengarnya, Hatinya yang layu tengah diterjang badai yang begitu besar. Ia semakin menjerit dan menyesali berbagai hal. Air hujan pun tidak dapat memahami dirinya, namun air hujan tahu apa yang harus dilakukannya. Air hujan tidak akan sekalipun melepaskan pelukannya. Lalu tidak lama, Air hujan berbisik pada dirinya dan ia mendengar bisikan air hujan. “Hey, tidak apa. Menangis bukan berarti kamu bukan laki-laki. Pun tiap yang terciptakan merasakan rasa sakit dan kepedihan yang menyesakkan. Menangislah, berteriaklah, berceritalah. Tidak apa-apa. Nantinya kamu akan baik-baik saja. Percayalah padaku”. Tidak berselang lama Laki-laki ini mulai menangis, berteriak dengan kencangnya, mengingat berbagai hal yang telah ia lewati. Ia pun bercerita pada air hujan, sembari terisak bersama sesak. “Terimakasih. Aku hanyalah laki-laki yang mengambang, mengharap hati menjadi hidup, namun diri tersadar nanti yang hidup akan mati. Namun, dengan hati yang kian layu seperti ini. Matahari kian terik dalam diriku, gersang rasanya. Selalu saja kutemui kebuntuan dalam perjalananku. Ketika kufikir telah kutemui pengayomku, ternyata akupun hanyalah bagian dari pelampiasan dan pelarian mereka. Menyesakkan rasanya, namun akupun tetap bersyukur telah dipertemukan dengan mereka. Namun tetap saja, rasanya selalu menyakitkan, dadaku terasa begitu sesak dan nafasku kian tersengal-sengal. Sebab inilah hatiku kian layu, yang awalnya mati pun akhirnya bertemu mereka yang kufikir menghidupkan namun akhirnya hilang untuk pergi meninggalkan. Hatiku kian layu olehnya. Aku tersiksa dengan perputaran ini, mengharapkan kehidupan namun berujung kematian. Dalam lumbung kelayuan pun aku mengambang, di hadapkan dengan ketidakpastian. Aku tau, apa yang hidup pasti bertemu dengan ketidak pastian. Namun aku benar-benar berharap bisa bertemu dengan yang bisa memberikan kepastian padaku. Hey, terimakasih! Sedikit lega rasanya, matahari yang terik pun akhirnya mulai tenggelam dan berubah menjadi malam yang menyejukkan. Terimakasih telah mendekapku, terimakasih untuk pelukan hangatnya.”

Tidak berselang lama, air hujan pun pulang dan menyisakan warna-warni yang begitu indah dalam pandangnya sembari berbisik padanya “Aku tau, begitu banyak yang telah kamu alami, namun ‘YANG KUAT’, aku tau kau pasti bisa, kau pasti akan tumbuh menjadi lebih hebat dengan berbagai hal itu. Jadi ‘ YANG KUAT, BERUSAHALAH, TETAPLAH SEMANGAT’. Sampai jumpa!”. 

Akhirnya laki-laki ini pun berjalan dengan tegap, langkah kakinya kian tegas dan kepalanya kini tegak untuk memandang apa yang tengah dihadapkan padanya.


Fyi sumber gambar dari link berikut > https://id.pinterest.com/pin/633600241302529018/

Rizaru No Obafuro
RNO27122018

Posting Komentar

1 Komentar

'