'HENDRA’s D.I.D'
Oleh : Ayaya
“Dunia kita berbeda tapi saling bersebelahan. Kau dan aku punya tubuh satu.”
Tap ... tap ... tap ….
Suara langkah kaki dalam sunyi malam memecah hening sebuah gang terpencil. Sesosok pria paruh baya berjalan memegang pisau dapur besar di tangan kanannya. Di saat yang bersamaan tak jauh dari tempat pria itu, seorang gadis SMA tampak sedang bersembunyi dari kejaran si pria, usianya seperti masih lima belas tahunan, ia berusaha menahan napas dan isak tangis karena ketakutan, agar keberadaannya tidak diketahui. Namun naas, usahanya sia-sia. Pria itu melihat seragam putihnya yang tak bisa sempurna tertutupi tumpukan asbes. Dengan tak berperikemanusiaan, pria itu menjambak rambut si gadis.
“Kak Hendraaaaaa! Ja-jangan k-kak!” Suara jerit gadis itu melengking memekakkan malam.
“Craat!” Sayatan pisau tepat di leher, memutus urat nadinya, menghentikan lengkingan. Darah mengucur, membasahi kemeja hitam si pria. Mengalir, menetes sampai ujung mata pisau. Sorot netra haus darah pria itu, seketika mengendus dan menjilati darah kental dengan lidahnya. Rona mata membunuh pria itu hilang, berganti air mata.
“ Riska? Oh! Tidak. Tidaaak! Apa yang sudah kulakukan? Coba kau lebih penurut, mungkin semua ini takkan terjadi, maafkanlah kakak.” Pria itu pun memeluk erat jasad si gadis. Sejalan waktu, gadis itu adalah korbannya yang ke-20.
“Cepat kubur mayat gadis itu, kau akan kena masalah kalau sampai ketahuan orang lain yang lewat sini.” Suara tanpa sosok membisik di telinga sang pria.
“DIAM KAU, BANGSAT! SEMUA INI TERJADI KARENAMU!” Pria itu makin menangis menjadi-jadi. “Terimalah takdirmu, Hendra. Kau takkan bisa menolak. Dan jadilah anak baik dengan menyerahkan tubuhmu seutuhnya padaku HAHAHAHAHAHAHAHAA!” Suara itu perlahan hilang. Ia membuang jasad gadis remaja di tempat yang sekiranya tak bisa ditemukan mata, tapi bau jasat manusia yang menyengat tetap saja mengundang serangga dan menyentuh hidung dalam jarak berapa pun. Paginya, pria itu berangkat kuliah, melanjutkan aktivitas, seolah tak terjadi apapun. Tiga hari kemudian, berita mengejutkan datang dari beberapa televisi swasta. Tentang mayat Riska (15 tahun), gadis SMA X yang ditemukan polisi di sebuah gang dengan luka tebasan benda tajam di lehernya. Kabarnya, gadis itu juga tengah dalam keadaan mengandung dua bulan. Rumor ini cepat menyebar, kabar pembunuhan berantai para gadis SMA oleh orang yang tak dikenal, karena pola luka itu selalu sama. Tak ada bekas penganiayaan, hanya luka tebasan benda tajam di leher mereka. Dan rata-rata korbannya selalu dalam keadaan berbadan dua.
***
Namanya Hendra, orang yang sangat pendiam dan tertutup, mahasiswa semester dua belas di salah satu kampus negeri ternama di Jakarta. Dia sedang pusing memikirkan bagaimana caranya lulus, karena sudah bosan jadi mahasiswa abadi dan terus didesak kedua orang tuanya. Masalah itulah yang membuat ia tak semangat dengan bangku kuliah. Depresi berkelanjutan, membuatnya masuk ke dunia yang tak seharusnya. Mabuk dan narkoba jadi pelampiasan satu-satunya. Selain itu, free-seks adalah jalan pintas melupakan masalahnya.
Hidup sebagai anak tunggal konglomerat memberikan tekanan sendiri untuk Hendra, lahir di tengah keluarga yang terpandang dan kaya raya, tak membuatnya bahagia. Kedua orang tua Hendra malah sama seperti orang asing. Ayah yang terlalu sibuk dengan dunia politik dan ibu yang terlalu sibuk dengan karirnya di perusahaan. Ibu hendra adalah pewaris tunggal Universal Grup, salah satu dari tiga grup perusahaan terbesar di Indonesia yang membawahi beberapa merek brand ternama. Hal itu yang membuat mereka tak sempat membesarkan serta mendidik anak semata wayang mereka dengan baik. Sedari kecil Hendra hidup menyendiri, itulah yang membuat sifatnya jadi tertutup dan pendiam. Satu-satunya teman Hendra hanyalah gadget mahal yang diberiakan orang tuanya untuk hiburan. Apapun yang diminta hendra selalu dituruti oleh kedua orang tuanya tanpa bertanya banyak hal. Tak peduli uang sebanyak apapun, barang semewah apapun, bahkan sekolah di tempat semahal apapun, selalu dituruti. Kecuali satu hal, waktu untuk bersama keluarga.
Hendra kecil hidup menyendiri, kadang untuk menghilangkan kebosanan ia sering melampiaskan dengan melakukan hal-hal yang tak baik. Mulai dari menyakiti hewan-hewan peliharaan di rumah, sampai menyiksa para pelayan dan tukang kebun. Semua itu hanya untuk satu hal, menghilangkan rasa kesepian. Sampai suatu hari, Hendra menemukan kawan imajiner yang menemaninya bicara saat sunyi dirinya menyerang. Beberapa anak terlahir dengan kepribadian normal, beberapa memiliki dua kepribadian. Itulah yang dialami Hendra, dia ternyata punya sosok lain dalam dirinya yang tidak ia sadari. Sosok itu sering mengambil alih pikirannya, kadang ia tidak sadar dengan apa yang telah ia laukakan. Kepribadiannya yang lain sangat keji, psikopat, dan menyukai hal-hal buruk.
Sampai pada umur remaja, Hendra mulai melakukan apapun untuk mendapat perhatian orang tuanya. Mulai berulah dan nakal di sekolah, tapi tetap saja, hal itu sama sekali tak membuat orang tua Hendra peduli sedikit pun. Bahkan saat orang tuanya sendiri yang disuruh hadir ke ruang BK, ayah Hendra masih sempat-sempatnya mengutus asisten pribadinya. Itu membuat Hendra makin kesal. Ia pun mulai bergaul dengan anak-anak punk di jalanan untuk membuatnya terlepas dari kesunyian keluarganya sendiri. Sampai suatu saat, Hendra haus akan kasih sayang seorang ibu, ia mulai mencoba mencari kasih sayang itu dari wanita lain. Ia pun mulai berpacaran dan melakukan hubungan seks untuk menghilangkan rasa bosannya. Hendra punya banyak uang, ia bisa dengan mudah membayar gadis jalang manapun untuk kencan semalam. Bodohnya, saat berhubungan dia selalu dalam keadaan mabuk atau menggunakan narkoba, hal itu membuatnya lupa mengenakan alat kontrasepsi. Toh, gadis yang Hendra tiduri selalu akan minta pertanggung jawabannya karena hamil. Hendra tak pernah mau bertanggung jawab dan membunuh para gadis itu dengan kejam. Hal itu ia lakukan agar tak membuat aib di keuarganya. Saat ayahnya tahu, maka orang pertama yang akan dibunuh adalah Hendra sendiri karena tak bisa menjaga kehormatan keluarganya.
Hendra terus melakukan perbuatan itu sejak SMA sampai menginjak bangku kuliah, sasarannya adalah gadis-gadis muda, karena mereka sangat polos dan mudah sekali untuk dibodohi dengan uang. Semakin umur Hendra bertambah, ia semakin tak bisa mengontrol sisi kepribadiaanya yang lain itu. Makin kehilangan kesadaran akan kontrol. Mungkin itu karena depresi berkelanjutan dan pengaruh obat-obatan terlarang serta narkoba. Hendra dan kepribadiaannya yang lain seperti memiliki kendali masing-masing. Sampai suatu saat, Hendra memutuskan untuk bunuh diri, tapi itu tak berhasil karena kepribadiannya yang lain tak menginginkan hal itu.
***
Pelaku pembunuhan berantai gadis remaja pun ditangkap, Hendra. Dan orang tuanya sangat kecewa padanya. Ayah dan ibunya bahkan tak mau mengakuinya anak. Waktu berlalu, kabar dari penjara mengatakan tahanan 9823 kabur dari selnya. Itu Hendra.
Saat ini, Hendra masih berkeliaran di luar sana … dengan memakai nama baru, identitas baru. Mencari gadis belia untuk kepuasan nafsunya.
Berhati-hatilah, bisa saja itu dirimu.
4 Komentar
Wuih ngerinya. Hendra bisa aja dimana saja. Huhu ;-;
BalasHapusMemang ya kak aya ini beuuuh, karyanya ga diragukan lagi ��
Ehhhh, bisa aja kamu dil :* cium nihhh :v
HapusKAK AYAAAAAAAAAA Hendra ini meresahkan, ya :)
BalasHapusHayoloooo, jangan2 crush mu ternyata si Hendra wkwk :v
Hapus